6 Juni 2023 3 menit
Pawai Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023
Pawai Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023
JAKARTA. Minggu, 4 Juni 2023, kawasan Bundaran HI, Jakarta, menjadi lokasi berkumpulnya massa pawai dalam melaksanakan karnaval memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Karnaval ini diinisiasi sebagai ajakan kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap pentingnya menjaga dan menyelamatkan lingkungan hidup sebagai peri kehidupan. Selain itu, sebagai seruan dalam menuntut pemerintah untuk segera mengambil tindakan terkait permasalahan krisis iklim yang terjadi di Indonesia.
Masa pawai terdiri dari berbagai penggiat lingkungan yang tergabung dalam Koalisi Orang Muda untuk Aksi Lingkungan (KOMUNAL) dan WALHI. Dalam agenda tersebut, jalanan menjadi ruang untuk menyuarakan gagasan dan kepedulian terhadap lingkungan. Tentunya, untuk menciptakan lingkungan yang baik, bersih, dan nyaman bagi setiap penghuninya. Lebih dari itu, tuntutan ditujukan untuk mendesak pemimpin negara mewujudkan Indonesia yang adil secara ekologis. TuK INDONESIA yang turut bergabung dalam KOMUNAL menyampaikan bahwa untuk mencapai keadilan ekologis, di mana lingkungan menjadi ruang aman dan nyaman bagi seluruh generasi, penyandang dana harus ikut bertanggung jawab atas operasional kliennya yang banyak menyebabkan krisis.
Dalam konteks krisis iklim, penyandang dana merupakan aktor di level hulu yang memberikan bisnis ekstraktif kekuatan dan kemampuan untuk melakukan ekspansi dan produksi. Aktivitas bisnis ini telah menyebabkan banyak konflik dan kerusakan lingkungan yang mengganggu fungsi ekologis.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa sepanjang Januari hingga awal Juni 2021 terjadi sebanyak 1.704 bencana, yang merupakan 99,1% dari total bencana. Hal ini didominasi oleh bencana hidrometeorologi yang sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Tingginya frekuensi bencana menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat kerentanan yang cukup tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Kerentanan ini tercermin dalam kenaikan peringkat Global Climate Risk Index (CRI) Indonesia selama dua dekade terakhir. Pada 2019, Global Climate Risk Index Indonesia berada di peringkat 14 dunia (Eckstein et. al 2020, 2021). Hal ini merupakan dampak dari perubahan iklim. Menurut Kementerian Keuangan (2019), Indonesia diperkirakan akan mengalami kerugian ekonomi sebesar 1,4% dari nilai PDB 2019 pada tahun 2050.
Kompleksitas relasi manusia dengan lingkungan menjadi acuan bagi langkah-langkah pengendalian dampak krisis iklim dan upaya pemulihan fungsi-fungsi ekologis. Penyandang dana memiliki peranan vital dalam aktivitas produksi yang bersifat eksploitatif sebab bahkan dalam pendanaan iklim. Sejumlah uang justru banyak yang disalurkan pada sektor-sektor bisnis. Di mana banyak praktik-praktik aktivitas produksinya mengabaikan aspek keberlanjutan dan keadilan lingkungan hidup, sehingga memperburuk iklim. (TuK INDONESIA 2020, Responsibank 2022).