13 Februari 2015 4 menit
Investor Daily
25 Grup Usaha Kuasai 31% Lahan: Ekspansi Kebun Sawit Capai 520 Ribu Ha Per Tahun
Updated: February 13, 2015
JAKARTA – Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Tanah Air pada 2008-2013 mencapai 520 ribu hektare (ha) setiap tahunnya. Pada 2008, luas lahan sawit di Indonesia hanya 7,4 juta ha, namun pada 2013 sudah mencapai 10 juta ha. Ekspansi tertinggi terjadi di Provinsi Riau, disusul Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.
Sementara itu, dari total lahan sawit yang ditanami di Indonesia, sedikitnya 31% atau 3,1 juta ha dikendalikan oleh 25 kelompok perusahaan. Di luar itu, ke-25 grup usaha milik 29 taipan tersebut masih memiliki 2 juta ha lahan yang belum ditanami (land bank). Dengan begitu, 25 grup usaha itu menguasai 5,1 juta ha lahan sawit di Tanah Air atau 51% dari total areal tanam perkebunan sawit saat ini.
Ke-25 grup itu adalah Sinar Mas Group, Salim Group, Jardine Matheson Group, Wilmar Group, Surya Dumai Group, Raja Garuda Mas Group, Batu Kawan Group, Musim Mas Group, Genting Group, Sampoerna Agro Group, dan Bakrie Group. Kemudian, Harita Group, IOI Group, Darmex Agro Group, Tiga Pilar Sejahtera Group, DSN Group, Sungai Budi Group, Kencana Agri Group, Triputra Group, Anglo-Eastern Group, Tanjung Lingga Group, Austindo Group, BW Plantation Group, Provident Agro Group, dan Gozco Group.
Demikian hasil penelitian Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia yang disampaikan dalamworkshopmedia atas Kajian TuK Indonesia berjudul Taipan di Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia di Jakarta, Kamis (12/2). TuK Indonesia merupakan NGO yang berbasis di Jakarta dan bekerja pada isu lingkungan, sumber daya alam (SDA), dan dampak pembangunan terhadap hak asasi manusia.
Direktur Program TuK Indonesia Rahmawati Retno Winarni menjamin hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Sebab, penelitian yang dilakukan pada semester II-2014 itu didasarkan pada sumber atau informasi yang memang bisa diakses, seper ti laporan perusahaan, riset perusahaan, riset perkebunan, data perkebunan provinsi, dan jugawebsite resmi RSPO. “Seperti data ekspansi lahan, itu bisa dipertanggungjawabkan, ekspansi lahan sawit setiap tahunnya mencapai luas Pulau Bali,” kata dia ketika dikonfirmasi Investor Daily, tadi malam.
Menurut Retno, selama ini peme rintah dan pengusaha menyatakan bahwa perkebunan sawit di Tanah Air dikuasai oleh petani. Namun dengan hasil penelitian tersebut pernyataan itu menjadi diragukan. “Karena ternyata lahan perkebunan sawit di Indonesia justru dikuasai oleh segelintir orang, bagaimana itu bisa terjadi, mereka pun didukung oleh perbankan dan juga investor sehingga ekspansi sawit mereka berjalan cepat dan masif,” kata dia.
Dia mengatakan, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 25 grup usaha tersebut sebanyak 21 di antaranya telah go public atau terdaftar di bursa saham, yakni 11 di Jakarta, enam di Singapura, tiga di Kuala Lumpur, dan satu di London, hanya empat yang dimiliki pribadi. Dalam Permentan No 98 Tahun 2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan disebutkan, setiap grup usaha dibatasi kepemilikan lahan sawitnya maksimal 100 ribu ha, namun perusahaan terbuka dikecualikan dari aturan itu. “Nampak bahwa pemerintah memberi karpet merah buat investor,” kata dia.
Retno menuturkan, melalui penelitian tersebut, TuK Indonesia merekomendasikan beberapa hal di antaranya bagaimana sebenarnya proses perizinan di Indonesia hingga lahan atau tanah bisa dikuasai oleh segelintir individu. Di sisi lain, dari sisi pajak, apakah kehadiran mereka benar telah memberikan kontribusi pajak yang signifikan karena selama ini pemerintah selalumendengungkan pajak untuk kesejahteraan rakyat dan memberantas kemiskinan.
Hasil penelitian itu juga menyebutkan, 25 kelompok usaha itu dimiliki oleh 29 keluarga taipan. Di antara mereka hanya satu keluarga taipan yang dipimpin oleh seorang perempuan, Lim Siew Kim Anglo-Eastern Plantations. Sementara 28 keluarga taipan lainnya dikepalai oleh lakilaki, meskipun dalam beberapa kasus anggota keluarga perempuan dari keluarga taipan tersebut terlibat dalam pengelolaan grup bisnis. Taipan-taipan itu di antaranya Lim Hariyanto Wijaya Sarwono (Harita Group), Bachtiar Karim (Musim Mas Group), Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno (Provident Agro Group), Sukanto Tanoto (Raja Garuda Mas), Anthoni Salim (Salim Group), Putera Sampoerna (SampoernaGroup), Eka TjiptaWidjaja (SinarMas Group), Martias dan Ciliandra Fangiono (Surya Dumai Group), Martua Sitorus, Khoon Hong Kuok, dan Robert Kuok (Wilmar Group).
Selain memiliki lahan yang jumbo, kekayaan para taipan tersebut juga sangat fantastis. Total kekayaan mereka mencapai US$ 71,5 miliar atau setara dengan 8% GDP Indonesia yang pada tahun 2013 mencapai US$ 868 miliar dan 42% dari APBN yang pada 2013 sebesar Rp 1.726 triliun.
Investor Daily, Jumat 13 Februari 2015, hal. 8
Link: